Adiyaksa masih terus gelisah, beberapa kali mengubah posisinya. Mulai dari berhadapan dengan sang istri, lalu berubah menjadi membelakangi sang istri. Segala cara sudah ia coba untuk terlelap, tapi tak ada satupun cara yang berhasil. Adiyaksa pun akhirnya memilih untuk bergerak pelan, mulai duduk dan menunggu ke arah sofa. Bisa dia lihat juga bahwa sang istri begitu nyenyak, bahkan terlihat tidak memiliki satupun beban.
Adiyaksa mengusap wajahnya beberapa kali demi membuat fokus pikirannya kembali. Jujur saja Adiyaksa tidak tahu apa yang terjadi dengan dirinya. Baru kali ini juga Adiyaksa merasakan ini, perasaan yang sangat tidak bisa ia jelaskan. Belum lagi ucapan Cintia yang masih melekat pada ingatannya.
"Apa memang sesulit itu aku untuk punya anak? Kalau misalkan aku gak bisa kasih kamu anak, apa kamu akan tetap bertahan sama aku sayang?" gumam Adiyaksa lirih. Laki-laki dengan piama bermotif kotak itu menatap istrinya sendu.