Cintia mulai melangkah keluar dari dalam mobilnya. Sekali lagi wanita itu merupakan pakaiannya dan menatap kafe yang ia sering lihat, hanya saja tak pernah masuk ke dalamnya. Lagipula untuk apa masuk ke dalam saat banyak hal buruk di dalam. Jangan pikir Cintia tidak tahu kafe macam apa yang sedang didatangi saat ini. Bahkan bisa Cintia bayangkan bagaimana asap dari rokok dan vape yang akan ia huruf sebentar lagi.
Cintia melangkah dengan anggunnya dan duduk disalah satu kursi yang menurutnya tempat paling aman, yaitu di dekat jendela dan pintu. Hanya berjaga-jaga saja saat wanita yang tidak pernah ia ketahui rupanya itu bisa menyakitinya. Mata Cintia mulai mengarah ke segala sudut kafe, mencoba melihat setiap orang yang berada satu ruangan dengannya.
Tidak lama dari itu, ponsel Cintia berdering, dan nomer wanita itu menghubungi. Tidak menunggu lama Cintia langsung saja mengangkatnya, tentunya dengan raut muka sinis yang tak pernah terlewatkan.
