Dreena pun mulai terdesak, ia bingung harus menjawab apa pada pria berseragam putih-putih itu. Ingin rasanya ia berdusta untuk mencari-cari alasan. Akan tetapi, ia tidak bisa melakukannya. Ia tahu, rongga mulut dan area sekitar bibirnya masih tersisa jejak-jejak berwarna merah itu.
"Tidak, pasti kamu yang melakukan ini semua. Tunggu! Di sekitar bibirmu itu ... itu darah, 'kan? Iya, itu pasti darah. Apa yang kamu lakukan di ruangan ini? Siapa kamu sebenarnya?" kembali pria itu mencecar Dreena.
"Jangan-jangam kamu ... kamu vampir, ya?" tanya pria itu lagi.
"Bu–bbukan, aku manusia biasa," sahut Dreena, dengan bibir bawah yang terus bergemetar hebat.
Dreena pun berulang kali menggelengkan kepalanya. Akan tetapi, pria yang merupakan paramedis terus mencecarnya. Sehingga Dreena pun merasa panik dan begitu tertekan.
"Jangan bohong kamu! Kamu pasti vampir atau mungkin makhluk tak kasat mata lainnya, 'kan?" hardik pria berseragam medis itu.