Sampai ke dalam kamar pun, Jarrel jadi kepikiran atas perbuatannya itu. Ia sungguh tidak menyangka bisa nekat berbuat demikian pada Dreena. Namun, itulah satu-satunya cara agar Dreena tidak mengalami bullying kembali di sekolah. Jarrel tidak tega menyaksikan itu semua.
"Sumpah, gue jadi ngerasa bersalah gini, sial dah," dengkus Jarrel. Ia merebahkan tubuhnya di atas kasur empuknya dengan perasaan gelisah tak menentu.
Ia juga tidak berani menghubungi Dreena. Meskipun ia memiliki nomor kontaknya. Ia justru takut dikira laki-laki yang tak mempunyai pendirian. Semua membuat Jarrel dilema dan gundah gulana.
Bi Mira memanggilnya untuk sekedar makan pun, ia tidak mendengarnya. Sampai bi Mira mengetuk pintunya berkali-kali tetap sama saja. Jarrel tidak meresponnya. Ia seolah pergi ke dimensi lain dari dunia ini. Entah dunia yang mana, yang Jarrel masuki.
***