Seperti biasa Dreena masih belum mau untuk berangkat ke sekolah bersama orang tuanya. Ia sengaja selalu berangkat lebih pagi. Terkadang ia melewati sarapan di rumah, dan memilih sarapan di kantin sekolah. Atau sekedar mengganjal perutnya dengan setangkup roti.
Ia sungguh tidak ingin jika kedua orang tuanya selalu bertanya tentangnya. Ia tahu, orang tuanya pasti akan menghubungkan apa yang terjadi dengan penyakit yang menimpa dirinya.
Pak Arya sebagai sopir hanya bisa menuruti keinginan nona majikannya. Meski ia sudah ditegur berkali-kali untuk tidak mengantar Dreena. Namun, bagaimanapun ia tetap tak tega jika nona majikannya harus memohon-mohon padanya.
Untungnya Andres dan Sekar akhirnya memaklumkan semua itu. Anaknya selalu membelas sopir itu. Dreena mengatakan, lebih baik ayahnya memarahi dirinya daripada orang lain. Segala cara Dreena lakukan untuk membela sopirnya. Sampai akhirnya Andres dan Sekar pun hanya bisa pasrah.