Blake terbangun dan sudah berada di atas ranjangnya, seorang diri. Ia meraba sisi ranjang, kosong dan dingin, lalu menyadari bahwa apa yang ia alami beberapa jam lalu terlalu nyata untuk dikatakan sebuah halusinasi.
Jenna ada di hadapannya, bahkan menghadiahkan pelepasan hebat setelah sekian lama ia tak rasakan itu. Bukan karena dirinya tak memiliki partner untuk melakukannya. Siapa yang mau menolak menjadi teman kencan semalam seorang Blake Gillian?
Namun, ia tak ingin. Ia hanya menginginkannya dari Jenna, bukan wanita lain.
Tak pernah ada wanita mana pun yang berhasil mengambil hati Blake sejak Jenna tiada. Bahkan jauh sebelum ia dan Jenna pada akhirnya bersatu, lalu terpisah.
Ia sungguh-sungguh ketika mengucapkan pada dirinya sendiri bahwa tak akan pernah ada wanita mana pun yang bisa mengisi hati dan hidupnya, selain Jenna. Seperti saat ia pergi tanpa pesan, lalu kembali untuk pertama kalinya, adalah demi mencari dan menemui Jenna.
Dan takdir kala itu berpihak padanya.