Ryan Karl
Aku mengerjap karena silau semburat sinar yang menyeruak melalui celah tirai. Hellen masih terlelap di sampingku. Aku membelai wajah cantiknya yang tampak pucat. Ia pasti kelelahan menghadapi dan menemaniku melalui segala yang terjadi beberapa waktu belakangan.
Aku sungguh tak ingin Hellen ikut merasakan ini, kasihan dirinya dan juga bayi kami. Ia tak seharusnya melalui ini.
Lenguhan mulai terdengar dari bibir wanita itu, pertanda bahwa ia telah terbangun, meski mungkin butuh waktu untuk mengumpulkan nyawanya kembali.
"Selamat pagi, sayang ... bagaimana perasaanmu hari ini?" tanya Hellen, dengan suara yang masih parau. Ia memegang keningku dengan punggung tangannya, sepertinya memastikan apakah aku demam lagi atau tidak.
"Syukurlah ...," desahnya, lega. "Kita pulang saja, ya?"
Aku menggeleng. "Tidak, sayang. Kita akan tinggal di sini," tegasku. Aku tak akan pergi ke mana pun. Haruskah aku berlari lagi, hanya demi menghindari arwah Jenna?