Chereads / Dream come true ViCy / Chapter 8 - bab 8 berjumpa kembali

Chapter 8 - bab 8 berjumpa kembali

Bab 7 Berjumpa kembali

Senin pagi, di mana merupakan hari pertama Zeya mulai bekerja di perusahaan Maxima sebagai manager pemasaran.

Setiap pagi, sudah menjadi tugas Zeya mengantar Anze ke sekolah. Namun pagi ini nampak berbeda, Zeya ditemani Lenna mengantar Anze ke sekolah.

"Len, aku titip Anze ya. Tolong bantu diawasi," Ucap Zeya saat ini berada di balik kemudi mobil.

Anze yang tengah berdiri di halaman sekolah, melambaikan tangan ke arah Zeya. Lenna, yang berdiri di sisi pintu mobil, menganggukkan kepalanya.

Setelah menyelesaikan tugas rutinnya sebagai orangtua, mata Zeya melirik ke arah jam kecil yang di taruh di atas dashboard mobil. Jam digital itu menampilkan angka delapan lewat sepuluh menit. Sudah waktunya Zeya berangkat ke gedung Maxima.

Dengan tangan sigap, Zeya memundurkan kemudi mobil hingga mobil meluncur kembali ke jalan raya untuk bergabung dengan mobil-mobil lain yang sedang melintasi jalan yang sama.

&+&+&

Dengan memakai kemeja putih dipadukan dengan celana denim panjang berwarna hitam,Zeya melangkah masuk ke dalam gedung Maxima melalui pintu samping. Di mana pintu samping diperuntukkan untuk para pekerja yang membawa kendaraan roda empat.

"Selamat pagi, saya mau menemui Ibu Sekar di bagian HRD. Saya merupakan karyawan baru," Ucap Zeya berbicara dengan pegawai di lobi resepsionis.

"OOO. Boleh tahu nama Ibu?" Tanya salah satu gadis muda yang berada di balik meja panjang resepsionis.

"Zefanya," Ucap Zefanya dengan bibir tersenyum.

Kepala gadis itu mengangguk lalu mengangkat gagang telepon.

Zeya menunggu dengan gerakan tidak sabar, sesekali matanya melirik ke arah pergelangan tangannya.

#Aduh, sudah hampir pukul sembilan. Masa di hari pertama bekerja, aku sudah telat hadir# Dumel Zeya di dalam hati.

Setelah menunggu hampir lima menit, gadis muda itu akhirnya mempersilahkan Zeya untuk menemui Ibu Sekar.

"Mari saya antar Ibu Zeya ke lantai atas," Ucap gadis muda itu.

Dengan kening berkerut, Zeya akhirnya memutuskan untuk mengabaikan rasa herannya atas sapaan singkat gadis muda yang berjalan di sisinya.

#Dari mana gadis muda ini mengetahui nama panggilan Zeya#

"Saya akan menemui Ibu Sekar kan?" Tanya Zeya memastikan bahwa rasa was was yang kini melanda pikirannya.

Gadis muda yang memakai seragam perusahaan, menoleh ke sampingnya.

"Bukan Bu. Ibu akan menemui pemimpin kami," Jawab gadis muda itu.

Mereka memasuki lift yang berada di pojok ruangan, lalu gadis muda itu memasukkan kunci ke dinding lift.

Semua gerak gerik gadis muda ini tidak luput dari pengawasan Zeya.

Mereka berdua berdiri dalam keadaan membisu di dalam kotak besi yang membawa mereka ke lantai .... sembilan.

"Astaga... kita sedang menuju lantai teratas gedung ini?" Tanya Zeya menatap horor angka berwarna merah pada dinding lift.

Gadis muda itu mengangguk dan menyahut, "Betul Bu".

"Ibu Arlene menempati lantai sembilan?" Tanya Zeya dengan wajah cemas.

Menautkan kedua jemarinya di depan tubuh.

"Ibu Alin menempati lantai delapan. Mari Bu." Bertepatan dengan jawaban dari gadis muda itu, pintu lift terbuka lebar.

Zeya mengembalikan arah kepalanya ke arah depan.

Matanya melotot saat melihat sosok tidak asing di hadapannya saat ini.

Zeya gugup setengah mati.

"Halo Zeya. Kita berjumpa kembali," Ucap Andrew, orang yang berdiri di depan pintu lift.

Dengan berat hati, Zeya melangkah keluar dari dalam kotak besi.

Sayang sekali, saat tubuh Zeya sudah berada di luar lift, lift kembali menutup dan Zeya memutar kepalanya ke belakang menatap kepergian gadis muda itu.

&+&+&

Ruang kerja Andrew Park...

Andrew memanjatkan ucapan syukur berkali-kali pada Tuhan karena telah mempertemukan mereka lagi.

Menahan diri selama dua hari untuk tidak menyerbu kediaman Zeya sudah merupakan hal terbaik yang Andrew lakukan seumur hidupnya.

Akhirnya buah kesabarannya berhasil dia raih hari ini.

Di hari senin pagi yang cerah, secerah sinar mentari dari balik kaca besar yang terdapat di ruang kerja ini.

Andrew menatap sosok Zeya dengan tatapan penuh kerinduan sekaligus penyesalan.

Perempuan yang pernah cukup berarti di hidup Andrew. Namun karena kebodohan Andrew, hubungan mereka berakhir buruk.

Zeya menundukkan kepala, menatap jemari tangannya yang saling bertaut di atas pangkuan. Dia merasa jengah sedari tadi dipandangi oleh Andrew.

"Ehm...maaf Pak. Saya semestinya menemui Ibu Sekar untuk mengkonfirmasi kehadiran saya," Ucap Zeya masih dengan kepala menunduk.

Mendengar kembali suara Zeya, membuat tubuh bagian bawah Andrew berkedut.

#Sial. Kenapa hanya dengan mendengar suara Zeya membuat tubuhku dilanda hasrat membara# Umpat Andrew mengutuk dirinya sendiri.

"Pak Andrew Park..." Panggil Zeya lagi setelah tidak mendapat tanggapan dari kalimat yang dia ucapkan sebelumnya.

#See. Kita lihat seberapa lama kamu akan menghindar untuk menatapku# Ejek Andrew melihat sikap Zeya yang menghindar untuk menatapnya.

"Maaf, jika tidak ada kepentingan dengan saya, sebaiknya saya pergi dari ruangan ini," Ujar Zeya dengan gerakan gusar.

Zeya perlahan bangkit berdiri dengan kepala yang masih terus menunduk.

"Kamu tidak merindukanku?" Akhirnya Andrew tidak bisa menahan diri untuk bertanya.

Dikepalkan kedua jemari tangannya di sisi tubuhnya. Zeya memilih untuk mengabaikan pertanyaan yang Andrew berikan.

Zeya melangkah keluar dari kursi yang berada di depan meja. Memutar tubuhnya untuk memulai langkah pertama meninggalkan ruangan ini.

"Aku merindukanmu Zeya," Teriak Andrew dengan nada suara bergetar.

Tubuh Zeya membeku di tempat saat mendengar pernyataan yang Andrew teriakan.

#Jangan percaya Zeya. Dia hanya mencintai Anna# Logika Zeya mengingatkan hati Zeya agar tidak percaya dengan ucapan Andrew.

Zeya memilih melanjutkan langkah kakinya.

"Don't leave me, Zeya."

Kali ini suara lirih Andrew masuk ke telinga Zeya. Membuat Zeya merasa dipermainkan kembali seperti sepuluh tahun silam.

Zeya membalikkan badan, menatap wajah Andrew yang terlihat sedih, dengan sorotan mata tajam.

"Bullshit. Kamu kira aku akan percaya padamu lagi?" Bentak Zeya.

Andrew bangkit berdiri dengan senyum lebar menghias bibirnya.

Tubuh tinggi Andrew serta badan atletis Andrew membuat Zeya menjadi takut.

"Tentu saja kamu akan mempercayaiku lagi," Ucap Andrew dengan wajah mempesonanya.

"In your dream. Go to hell," Pekik Zeya histeris.

Melihat Zeya frustrasi dengan mata kepalanya sendiri, membuat Andrew merasa terpukul. Tindakan bodoh di masa lalunya mungkin sudah membuat Zeya mengalami guncangan emosi.

"Believe me, Zeya. I love you," Ucap Andrew perlahan berjalan mendekati tempat Zeya berdiri.

Tatapan mereka masih saling menatap. Zeya dengan tatapan marah sedangkan Andrew dengan tatapan sorot penuh cinta.

Memang sangat berbanding terbalik perasaan mereka satu sama lain.

"Cinta? Mungkin kamu perlu memakai kaca mata. Aku ini Zefanya bukan Anna. Kita sama-sama tahu kalau kamu sedang mengejekku saat ini," Cemooh Zeya atas pernyataan cinta dari Andrew.

Andrew sudah berdiri di hadapan Zeya. Andrew tidak mau berdebat atas ucapan Zeya. Andrew mau membuktikan perasaan yang baru dia sadari setelah kehilangan Zeya.

Ditariknya bahu Zeya secara tiba-tiba, membuat tubuh Zeya oleng ke depan. Menubruk dada Andrew.

Andrew menyatukan bibir mereka dengan gerakan kasar dan menuntut. Membuat Zeya hanya bisa terpaku pasrah, membuka mulutnya untuk memberikan akses bagi Andrew memperdalam ciuman mereka.

&+&+&