Dua anak manusia tengah dilanda hasrat membara membuat mereka tidak sadar akan keadaan sekeliling mereka.
Mereka saling mereguk kenikmatan dari ciuman kasar mereka. Sesekali mereka berhenti untuk sekadar mengambil napas panjang sebelum melanjutkan aktivitas mereka.
Andrew memang pandai dalam mencium perempuan. Berkat pengalaman masa lalunya bersama Anna. Bahkan Zeya yang tidak memiliki pengalaman bersama pria saja sampai terbuai.
Perlahan, Andrew merebahkan tubuh Zeya di atas karpet ruang kerja.
Masih saling memanggut, baik Zeya maupun Andrew tidak menyadari ada sosok yang mengawasi kegiatan mesum mereka di tempat kerja. Sosok Anna sedang berdiri di depan pintu masuk ruangan.
Anna memandang geli melihat gerakan tak sabar tangan Andrew saat melucuti kancing kemeja Zeya.
Mata Anna pun semakin membelalak lebar saat melihat Zeya menarik turun bra miliknya. Memberikan akses untuk Andrew menjamah tubuh Zeya.
Tanpa membuang waktu, Andrew menurunkan wajahnya,dan seakan Zeya paham akan keinginan Andrew walaupun tanpa diucapkan, Zeya mengarahkan wajah Andrew di atas payudaranya.
Mereka melakukan kegiatan menyusui bak seorang Ibu dan anak.
Mata Andrew sampai merem melek merasakan nikmatnya rasa surgawi.
Saat hendak memindahkan mulutnya, Andrew melihat sosok Anna yang berdiri di depan pintu sambil tersenyum mengejek.
"Anna..." Panggil Andrew.
Andrew mengangkat tubuhnya menjauh dari atas tubuh Zeya. Dengan wajah malu, Andrew berjalan pergi meninggalkan Zeya.
&+&+&
Andrew mengikuti Anna masuk ke dalam lift khusus para petinggi perusahaan. Andrew mengeluarkan kunci dari saku celananya dan memasukkan kunci ke dalam lubang yang berada di dinding pintu.
Pintu lift menutup saat Andrew menekan tombol merah.
Kini mereka berdua berada di dalam lift yang tidak bergerak. Mereka masih tetap berada di lantai sembilan. Hanya berada di dalam kotak besi yang tertutup rapat.
"HAHAHAHA... ANDREW ternyata seorang maniak seks," Anna tertawa terpingkal mengejek mantan kekasihnya.
Tentu saja Andrew merasa malu karena mendapat ejekan dari Anna. Dia yang selalu tampak alim di mata Anna, kini dinilai sebagai pria maniak seks.
"Please Anna, tolong jangan menertawakan aku lagi," Pinta Andrew dengan wajah tersipu.
Anna semakin tertawa lepas saat mendapati semburat rona merah menghiasi pipi Andrew.
"Gaya berciuman kalian tampak seperti ahli saja. Sejak kapan kamu mahir berciuman? Padahal dulu kamu itu kaku banget."
Andrew semakin malas membahas masa lalu. Kalau bukan karena ucapan ambigu Anna, Andrew mungkin tidak akan pernah melakukan perbuatan bejat pada Zeya.
"Kata siapa kalau aku itu kaku? Zeya saja tidak tahu kalau aku amatir," Andrew membela diri atas tuduhan Anna.
"Kalian berdua itu sama saja. Melihat tingkah Zeya tadi, aku jadi yakin kalau Zeya pernah melakukan "itu" bersama pria lain."
Lagi-lagi Andrew membenci sikap Anna yang membahas masa lalu Zeya.
Zeya-nya adalah gadis polos hingga tidak mungkin bertingkah binal seperti Anna.
Andrew sebelumnya merasa tidak percaya juga akan ucapan Papa Zeya yang mengatakan putrinya sudah menikah dan mempunyai anak.
Sedangkan Anna berkata bahwa Zeya belum menikah. Namun tidak mengatakan tentang keberadaan anak juga.
Hingga Andrew melihat sendiri keberadaan Anze, putra Zeya.
"Zeya bukan gadis nakal," Celutuk Andrew.
Anna semakin girang mendengar nada cemburu yang sangat kentara dari kalimat yang Andrew katakan.
"I know. Namun Zeya memang ibu dari seorang anak lelaki delapan tahun," ucap Anna.
Anna menutup mulutnya karena sudah keceplosan bicara.
Sedangkan Andrew melayangkan tinju ke arah dinding lift.
Bug...bug...bug...
Dipukulnya beberapa kali dinding lift. Membuat Anna mengerut takut.
Anna memundurkan tubuhnya hingga membentur dinding lift. Memilih untuk menjaga jarak dari kemarahan Andrew.
"Siapa pria itu?" Tanya Andrew dengan membentak.
Anna semakin gemetar ketakutan melihat tingkah brutal Andrew.
"Aku tidak mengenalnya Ndrew. Mereka berkencan setelah Kak Zeya kembali ke Jakarta. Lalu pria itu pergi meninggalkan Kak Zeya dalam keadaan hamil," Ucap Anna dengan kalimat terbata-bata.
Andrew menyadari tindakan kasarnya sudah membuat Anna ketakutan. Hingga Andrew memilih untuk menurunkan nada bicaranya dan melupakan sejenak masa lalu Zeya.
"Maafkan aku An. Aku terbawa emosi," Sesal Andrew.
Anna mengangguk paham atas tindakan marah Andrew saat ini. Pria ini sedang dilanda api cemburu. Anna sebenarnya bersyukur bahwa Andrew ternyata mencari Zeya selama ini karena Andrew mencintai Zeya.
"Ternyata kamu mencintai Kak Zeya hingga kamu masih belum menikah hingga saat ini."
Andrew merasa tidak perlu membenarkan maupun membantah ucapan Anna. Karena ucapan Anna memang benar adanya.
&+&+&
Zeya masih tengah terbaring dengan kondisi bagian atas tubuhnya telanjang. Dia masih terisak di atas lantai setelah kepergian Andrew yang tiba-tiba.
Ceklek...
Pintu ruangan Andrew kembali dibuka dari arah luar. Suara hentakan sepatu di atas lantai tak berkarpet, membuat Zeya sadar bahwa bukan sosok Andrew yang kembali masuk ke ruangan.
"Kak Zeya..." Pekik Alin saat melihat kondisi mengenaskan Zeya.
Alin melangkah lebar mendekati posisi Zeya yang tengah berbaring. Zeya sendiri enggan menoleh ke arah asal suara.
"Apakah Kak Andrew melecehkan Kakak?" Tanya Alin dengan wajah khawatir.
Zeya menatap raut cemas adik perempuan Andrew yang tengah membungkuk di atas tubuh Zeya.
"Dasar pria jahat. Ke mana pria itu pergi?" Tanya Alin lagi dengan wajah geram.
Zeya lagi-lagi hanya terdiam menatap nanar wajah gadis muda di hadapannya.
"Berani-beraninya menyetubuhi perempuan baik-baik seperti Kak Zeya di atas lantai kantor. Ckckck. Tampang saja sok alim ternyata kelakuannya bejat," Oceh Alin.
Mendengar nada menuduh dari Alin, membuat Zeya angkat suara.
"Aku yang merayu Andrew. Kakak lelakimu bukan pria bejat. Buktinya dia tidak menyetubuhiku," Isak Zeya dengan tangis pilu.
Melihat kondisi terpuruk Zeya, membuat Alin semakin bingung dengan maksud ucapan Zeya.
"Tidak mungkin Kak Andrew menolak Kak Zeya. Bahkan Kak Andrew saja belum pernah berkencan dengan wanita sejak kembali dari Dallas. Alin yakin kalau Kak Andrew menyukai Kak Zeya hingga tidak bisa menahan diri untuk bertindak sopan di tempat kerja."
Zeya menggeleng dan menangis histeris mendengar ucapan Alin yang menguatkan dugaannya. Bahwa Andrew masih mencintai Anna.
Alin hanya bisa diam membisu hingga tangis Zeya mereda beberapa menit kemudian.
Dalam diam, Alin mengamati Zeya merapikan pakaian dan rambut.
Harus Alin akui bahwa Zeya jauh lebih cantik dari para kenalan Alin yang berjenis kelamin perempuan.
Alin kira mereka sudah berhenti membahas tentang Andrew. Namun ucapan terakhir Zeya membuat Alin terkejut.
"Andrew akan selalu mencintai Anna. Adik tiriku yang dia inginkan. Bukan aku. Aku hanyalah mainan atau bahkan sampah baginya. Tolong rahasiakan apa pun yang Alin lihat hari ini di tempat ini. Inilah sosok aku yang sebenarnya. Wanita binal yang haus akan sentuhan pria."
Zeya menguatkan diri untuk menghina dirinya sendiri di hadapan Alin. Zeya rela dianggap sebagai wanita rendahan di mata Alin dibandingkan keluarga Park yang akan menaruh curiga atas keberadaan Anze.
#Anze selamanya adalah putraku. Milikku seorang#
&+&+&