***
"Kringg!" telpon dari siapa ini? Aku pun mengangkatnya. "Hello," ucapnya dengan logat orang luar. Kulihat ini nomer mesir. Jangan-jangan? Tidak-tidak, aku pun mematikan telepon itu.
Kak Siroj, iya, aku harus telpon Kak Siroj. Ayo Kak Siroj angkat, aku takut. "Assalamualaikum Kak."
"Wa'alakumussalam Ning ada apa? Maaf saya lagi ngisi pengajian. Ada apa Ning?"
"Kak, aku takut."
"Kenapa?" Aku pun menjelaskan pada Kak Siroj tentang penelpon misterius dengan nomer mesir tersebut.
"Astagfirullah, Ning ganti nomer segera. segera Ning sebelum disadap!" Ada apa ini? Sepertinya Kak Siroj mengetahui sesuatu. Perasaanku jadi tak enak. Sepertinya aku harus ganti nomer ini. Karena ini masih nomer Mesir.
Aku pun segera menuju luar dan lagi-lagi Kang Ali menghadangku. "Ada apa ning kenapa tergesa-gesa?" ucapnya. Hadduh aku tak mungkin bilang padanya. "Kang, boleh minta tolong belikan nomer baru."
"Kenapa ganti?"
"Sudah jangan banyak tanya cepet."