"Suami istri adalah pakaian, tak boleh ada dusta dan rahasia diantara pasangan suami istri, ucapnya semakin membuat aku tak suka dengannya. "Diam, aku lebih suka istri yang nurut dari pada istri yang berani membentak suaminya seperti kamu!"
Aku pun keluar dari kamar dan menuju ke Pesantren. Entah sampai kapan aku harus seperti ini dengan Lila? Pandanganku padanya tak seperti apa yang aku rasa saat pertama kali memandangnya.
Kulihat Ning Kayla sendirian di teras depan rumah dan aku pun menghampirinya. Sedang apa ia sendirian disana? Angin malam tak sehat untuknya. "Ning Kayla, kok belum tidur?" namun ia hanya terdiam.
Pasti ia sedang memikirkan pernikahannya yang gagal. Tapi, apakah benar ia sudah bisa mencintai Gus Zain? Namun aku tak yakin soal itu. "Ning Kayla, yang sabar nggih." ia pun sesekali menoleh dan menatap ke depan kembali.