Kelompok Mu'tazilah merasa bahwa jika sifat dan dzat itu berbeda, maka pasti akan terjebak pada dualisme dan akan berkonsekuensi pada ketidakesaan Allah, sebab ada dua wujud yang sama-sama memiliki orientasi sebagai entitas sendiri-sendiri, yakni sifat dan dzat. Sehingga bagi mereka, dua hal itu sama saja dan bersemayam satu sama lain tak terpisahkan. Konsekuensi pandangan ini mengakibatkan Mu'tazilah menganggap Al-Qur'an itu makhluk dan baru, serta bukan bagian dari sifat, apalagi dzat.