Kulihat Heni berlari terburu - buru masuk kedalam kamarku dengan nafas yang memburu, seperti habis ikut lomba lari.
Heni juga terlihat sangat tegang dan ketakutan, seperti maling yang sedang ketangkap basah.
Apa jangan - jangan penjelasan Arkan semuanya itu benar, kalau semua itu hanyalah ulah Heni.
"Ada yang bisa saya bantu, Pak?" Tanya Heni sambil menunduk dalam.
"Dari mana kamu bisa mendapat parfum yang baunya sangat persis dengan bau parfum Amaira?" Tanya Papa yang langsung to the poin tanpa basa - basi terlebih dahulu.
Heni tak langsung menjawab, sepertinya dia memang berpikir lebih dulu sebelum menjawab.
Mungkin dia bingung mau jawab apa, karena parfum yang aku punya tidak ada di toko - toko kosmetik.
"Saya beli pada teman saya, Pak." Jawab Heni yang masih menunduk dalam.
"Teman yang mana?" Tanya Papa mengintrogasi Heni.
Heni terlihat bingung, dan dia juga tidak bisa menjawab pertanyaan Papa.