12
Aku segera menggendong Adista dan ku ajak keluar dari kamar.
"Adista sudah bangun, Nduk? Apa nangisnya dari tadi malam?" Tanya Pak Dhe yang melihatku duduk di atas sofa ruang tamu.
"Nangisnya barusan kok, Pak Dhe. Mungkin gara - gara Amaira tinggal ke kamar mandi tadi." Jawabku membuat Pak Dhe mengangguk.
Adista sudah mulai terdiam, dan dia juga sudah mulai membuka kedua matanya sambil memandangku dalam.
Anak ini seperti ada ikatan batin denganku, padahal kita sama sekali tidak ada hubungan darah sama sekali.
Mungkin dia lagi kangen sama Ibunya, dan mungkin dia mengira kalau aku adalah Ibunya, secara umur Ibunya juga sama denganku.
Adista mengajakku senyum, tapi aku enggan untuk tersenyum.
Kalau Adista nggak mau diajak siapapun, bisa - bisa rencana bulan madu ku bisa gagal.
Kulihat Budhe keluar dari dapur, dan ikut bergabung denganku dan juga Pak Dhe yang sedang nyantai diruang tamu.