"Jangan marah gitu dong." Ucap Arkan sambil memelukku dari belakang.
Tapi aku sama sekali tak menghiraukan nya, aku sudah terlanjur kesal dengannya.
"Jangan cemberut gitu dong, Sayang." Ucap Arkan memandangku dalam.
Kalau sudah begini, aku tidak akan bisa berlama - lama marah dengannya.
Hatiku akan selalu meleleh jika Arkan sudah merayuku seperti ini, karena memang hatiku terbuat dari es yang gampang sekali mencair jika mendapat perlakuan lembut dari Arkan.
"Sudah kenyang, Kan?" Tanya Arkan, aku hanya mengangguk.
"Kita keluar yuk." Ajak Arkan sambil menggandeng tanganku keluar dari dapur.
"Pengantin baru, makannya lama amat." Goda Papa padaku, membuatku tersenyum malu.
Aku berjalan kearah Papa sambil menunduk, karena rasa malu yang menjalar ditubuh ku.
"Cie, pengantin perempuannya ternyata lagi malu - malu kucing, dari tadi hanya menunduk." Ucap Budhe yang ikut menggodaku.
Arkan masih menggandeng tanganku meskipun kita berdua sudah duduk manis saling berjejer.
