Mungkin mereka semua juga merasakan kebahagiaan yang aku rasakan.
Tapi sayang seribu sayang, yang pasang cincin di jariku bukan Arkan melainkan Hara.
"Silahkan duduk." Ucap Ibu mempersilahkan, karena mereka semua masih dalam keadaan berdiri.
Aku memilih tempat duduk di paling ujung sedangkan Arkan memilih tempat duduk tepat di sampingku.
"Apa kamu bahagia?" Tanya Arkan yang berbisik ditelinga ku. Aku hanya mengangguk, karena aku malu menjawab pertanyaan Arkan.
Meskipun aku tidak menjawabnya dengan kata IYA, Arkan juga pasti tahu sendiri kalau aku benar - benar bahagia.
Aku tidak fokus dengan apa yang dibicarakan oleh keluarga Arkan dan juga keluargaku, aku hanya fokus memandang cincin yang melingkar sangat indah dijari manis ku.
"Amaira, Sayang. Gimana? Kamu setuju nggak?" Tanya Budhe yang langsung membuatku mengangguk.
Padahal aku sama sekali tidak mendengar pembicaraan mereka.