"Iya juga ya, harusnya saya memberikan amplop undangan punya kamu dari tadi, agar kamu tidak perlu masuk ke sekolah, dan saya bisa berangkat sekolah berdua dengan Amaira." Ucap Arkan dengan ekspresi datar.
Irfan menggeleng pelan mendengar ucapan Arkan, dan mengajakku untuk pulang.
Irfan keluar kelas lebih dulu, dan aku mengikuti dibelakangnya.
Saat sampai diparkiran sekolah, aku langsung masuk kedalam mobil Irfan, begitupun juga Irfan yang sudah duduk dibelakang kemudi.
Tak berselang lama, Arkan baru sampai diparkiran dan membuka pintu mobil bagian belakang untuk duduk di sampingku.
Jadi Arkan sengaja berjalan belakangan agar bisa memilih duduk di sampingku?
Pintar banget akal Arkan, kalau nggak pintar nggak mungkin jadi guru sih.
Irfan tak kunjung menjalankan mobilnya, hanya fokus melihat kebelakang dengan menggunakan kaca spion.
Mungkin Irfan merasa iri dengan Arkan yang selalu bisa duduk berdua dalam mobil denganku.
