Aku pikir Ajeng sudah menyerah, tapi ternyata Ajeng tidak tinggal diam, dia nekat mengikuti ku pulang ke rumah dan akting menangis didepan semua para Ibu - Ibu tetangga sambil mengatakan kalau aku sudah menculik anaknya dan merebut suaminya.
Para Ibu - Ibu yang berkerumun sedang berbisik - bisik sambil menatapku dengan tatapan tak suka.
Aku sangat yakin kalau mereka sedang membicarakan ku.
Namaku bisa jadi jelek disini gara - gara fitnah murahan Ajeng.
Aku sangat ingin membela diri, tapi tiba - tiba lidahku kelu, susah untuk diajak bicara.
Aku nggak tahu harus mulai menjelaskan dari mana?
"Lihat saja, Bu. Dia diam tanpa kata, itu tandanya apa yang aku ucapan memang benar. Suamiku pergi dari rumah sambil membawa anakku gara - gara dia yang sudah menghasutnya." Ucap Ajeng membuat kedua mataku melotot.