Kenapa kamu nggak keluar dari dulu saja sih, Jeng.
Kalau bukan karena Arkan dan Irfan, mungkin Ajeng masih duduk manis di bangkunya sambil menatapku dengan tatapan sinis.
"Padahal aku berharapnya Ajeng yang bersama Pak Arkan, bukan kamu, Ra." Lirih Irfan yang membuatku langsung memandang dalam kearahnya.
"Kamu bilang apa tadi?" Tanyaku dengan gigi gemeletuk.
Enak saja Ajeng dijodohkan - jodohkan dengan Arkan, aku nggak akan Terima lah.
"Aku nggak bilang apa - apa kok, memangnya aku tadi bilang apa?" Irfan malah balik bertanya dengan wajah polosnya.
Mungkin dia berbicara seperti itu tadi tanpa sadar, makanya dia malah bertanya dengan polosnya.
Kalau mengingat tentang masa lalu, apa yang dirasakan Irfan sekarang itu sama dengan apa yang pernah aku rasakan dulu waktu di kota.
Bedanya hanya satu, Irfan nggak pernah berantem sama Arkan untuk merebutkan ku.
Sedangkan aku dulu sering berantem sama Desi saat merebutkan Irfan.