Aku menerima amplop itu dan membukanya perlahan tanpa keluar dari ruangan Dokter, karena aku takut tertipu lagi.
Astaga, apa hasil tes ini benar? Kalau Arkan....
Arkan bukanlah Ayah dari anak Ajeng.
Aku berjingkrak kegirangan saat mengetahui kebenarannya.
Dokter itu pun menatapku dengan tatapan yang penuh keheranan, tapi aku cuek saja.
Karena aku terlanjur sangat - sangat bahagia.
Aku berlari keluar ruangan Dokter tanpa permisi, untuk menemui Arkan dan Irfan.
"Arkan." Teriakku sambil tertawa keras dan berhambur kedalam pelukan Arkan.
"Kamu kenapa sih?" Tanya Arkan dengan wajah heran.
"Lihat ini." Ucapku sambil menyerahkan hasil tes itu pada Arkan.
Arkan melotot kan kedua matanya, dan setelah itu dia pun berjingkrak kegirangan, sama seperti yang aku lakukan tadi.
Arkan menyeret tanganku sambil berlari, hingga membuatku hampir saja terjatuh.
Ternyata Arkan mengajakku keluar dari lorong rumah sakit dan menuju kearah mobil Irfan.