Andai aku bisa punya banyak teman yang melarang ku dan menangisi ku saat aku pindah ke desa dulu.
Sayangnya aku nggak punya banyak teman seperti si kembar itu.
Justru teman - temanku di kota lebih senang jika aku pindah ke desa, apalagi musuh bebuyutan ku, pasti musuhku justru mengadakan pesta waktu itu, untuk melepas kepergian ku dengan senang hati.
"Ra, ganti dong chanelnya. Kan sudah setiap hari diulang - ulang. Kamu nggak bosen apa." Pinta Arkan yang sama sekali tak ku tanggapi, aku masih sibuk melihat si kembar itu dengan serius.
Si kembar itu terlihat senang saat tahu jika temannya ternyata hanya pindah ke rumah tetangganya, padahal mereka semua sudah mengira kalau pindah keluar kota.
"Ra, aku pamit pulang dulu ya." Ucap Arkan sambil berdiri dan berjalan kearah Ibu untuk segera berpamitan.
Aku hanya mengangguk, aku masih tak mengalihkan pandanganku dari layar televisi.
Arkan keluar rumah dengan diantar oleh Ibu sampai depan pintu.