Tapi sekarang aku nggak pernah membelinya, karena aku tak tahu penjual kripik pisang itu disebelah mana.
Andai Papa masih ingat, biasanya Papa dulu selalu membelikan ku kripik pisang sepulang dia bekerja.
Tapi jarang aku makan, bahkan lebih sering aku kasih pada Dini.
Sekarang aku kangen kripik pisang pemberian dari Papa.
Lagi dan lagi air mataku menetes dengan tiba - tiba.
"Ra, dimakan, jangan ditangisi. Di atas meja ini semua makanan, bukan orang mati." Ucap Dini sambil memakan kripik pisang yang ada di atas meja.
Sebenarnya aku ingin sekali memakannya, tapi entah kenapa tiba - tiba aku jadi nggak nafsu sama sekali.
Akhirnya aku mengambil kripik ubi agar aku tidak kembali mengingat Papa jika memakan kripik pisang.
"Nek, Amaira tidak bisa lama - lama disini." Ucapku sambil memakan kripik ubi punya Arkan, karena yang barusan aku ambil masih belum kubuka.
"Kenapa?" Tanya Nenek yang sepertinya kecewa.