"Aku tahu apa yang sedang kamu harapkan, apa yang kita harapkan itu sama, Ra. Aku takut jika yang kita harapkan tidak sesuai dengan kenyataan." Jawab Arkan sambil kembali menekankan laju motornya.
"Aku pasrah, Arkan. Dan kamu juga harus pasrah, karena kenyataan itu juga kamu sendiri yang buat, walaupun dalam keadaan tidak sadar." Ucapku dengan meneteskan air mata.
Aku yakin Arkan nggak akan tahu kalau aku menangis.
Jika dia tahu, dia pasti kana berbalik arah dan tidak jadi melakukan tes.
Aku nggak mau itu terjadi.
Jadi dengan cepat aku mengusap tetesan air mata dengan punggung tanganku.
Tak berselang lama kita pun sampai didepan rumah sakit yang paling besar di kabupaten ini.
Aku segera turun dan langsung masuk kedalam, Arkan pun mengikuti dibelakang ku.
Aku sudah nggak sabar, aku benar - benar nggak sabar.
Tapi sayang, hasilnya nggak bisa langsung keluar.