"Karena Amaira memang sayang sama bayi ini, Budhe. Tapi nggak tahu nanti jika Amaira tahu kenyataannya." Ucapku sambil memandang wajah bayi yang tidak berdosa ini.
"Kamu bawa pulang saja bayi itu kalau memang kamu sayang, Ra." Ucap Arkan tanpa rasa bersalah.
Aku melototkan kedua mataku kearah Arkan, membuat Arkan mengalihkan pandangan kearah lain.
Aku heran dengan Arkan, kenapa dia bisa sama sekali tak perduli dengan bayi ini.
Apa Arkan tidak merasakan ikatan batin antara dirinya dengan bayi itu?
Lagian juga apa kata orang jika aku membawa pulang seorang bayi, padahal aku masih sekolah.
Apalagi tetangga Ibu orangnya pada kepo - kepo, ada yang membuatku jengkel juga karena keponya sudah overdosis.
Dan kalau aku membawa pulang bayi ini, bagaimana dengan barang jualanku?
Aku juga punya rencana untuk membuat toko, semuanya bisa terhambat kalau aku mengasuh bayi ini, termasuk sekolahku juga pasti bakalan kacau.