Akhirnya Irfan berbalik badan dan berjalan kearahku.
Irfan duduk tepat didepanku.
"Aku masih sangat mencintaimu, Ra. Aku bisa relakan kamu bersama Arkan, tapi aku nggak bisa melihatmu menjadi lebih nakal. Aku nggak mau kalau nanti kamu akan mendapat masalah, Ra." Ucap Irfan lembut sambil mengelus kedua pipiku.
Begitu besarkah cinta Irfan kepadaku sampai - sampai dia sangat ingin membuatku berubah.
Apa sejahat itukah aku sama Ajeng, hingga membuat Irfan memohon agar aku meminta maaf pada Ajeng.
"Amaira."
Aku sangat kaget saat Arkan tiba - tiba datang hingga membuat aku dan Irfan salah tingkah.
Apa Arkan tadi melihat Irfan memegang kedua pipiku?
Semoga saja tidak, jangan sampai aku dan Arkan marahan lagi hanya gara - gara kesalah pahaman ini.
"Ka..kamu nga...ngapain, Arkan? Ada perlu apa?" Tanyaku sedikit gugup.
"Aku kesini cuma mau jengukin kamu, kata para guru tadi kamu izin pulang karena sakit." Ucap Arkan sambil berjalan kearahku, membuat Irfan pindah tempat.