Belum sempat Arkan menceritakan semuanya, Ajeng tiba - tiba duduk disamping Arkan.
Pasti Ajeng dari tadi menguping pembicaraanku dengan Arkan, makanya saat Arkan ingin bercerita, dia tiba - tiba datang tanpa diundang.
Ajeng memang seperti jaelangkung, yang selalu saja datang dengan tiba - tiba saat aku ingin berbicara penting dengan Arkan.
"Ganggu saja sih." Lirihku yang mungkin bisa didengar oleh Ajeng, karena setelah itu dia menjawabnya.
"Sirik aja." Ucap Ajeng, yang kuyakini itu adalah ucapan untukku.
Karena yang ada didekatnya hanya aku dan Arkan, nggak mungkin kalau ucapan itu untuk Arkan.
Aku sangat kesal dengan Ajeng, akhirnya aku lampiaskan kekesalan ku pada Arkan.
Aku menyeret lengan Arkan agar dia lebih mendekat kearahku, tapi ternyata Ajeng mengikuti pergerakan Arkan.
Ajeng lebih mendekatkan dirinya pada Arkan hingga tidak ada jarak sama sekali diantara mereka berdua.
Aku semakin panas melihat kedekatan Ajeng dengan Arkan.