Arkan, tapi bukan itu yang..."
Belum sempat aku melanjutkan ucapanku, tiba - tiba Ajeng memanggil Arkand ari kejauhan.
Benar kan apa yang aku katakan tadi, aku memang selalu kalah cepat dari Ajeng.
"Pak Arkan." Panggil Ajeng sambil berjalan kearah kita berdua.
Baru juga diomongin, tuh nenek lampir sudah datang untuk mengacau lagi.
"Kamu tadi ingin bicara apa, Ra?" Tanya Arkan yang sama sekali tidak menghiraukan panggilan Ajeng.
"Nggak jadi." Jawabku kesal.
Kalau lama - lama berdekatan dengan Arkan, bisa - bisa membuat darah tinggiku kumat, gara - gara Ajeng selalu menempel pada Arkan.
Akhirnya aku berjalan sendiri dengan langkah kaki yang sebal, entah aku akan berjalan kemana lagi, karena aku hanya mengikuti kemauan hatiku untuk menghindar dari Arkan dan Ajeng.
Lebih baik aku memilih jauh dari mereka semua, agar aku juga tidak mengikuti kegiatan kemah nanti.
Akhirnya aku berjalan kearah kuda berjejer.
Apa kuda itu disewakan?
Aku sangat ingin menaikinya.