Nanti lama - lama nama Arkan juga pasti akan hilang sendiri dari pikiranku.
Oh iya, biar nanti kalau sekolah aku mau minta pendapat saja sama Irfan, semoga saja Irfan punya ide yang cemerlang, dan pasti Irfan juga akan bersedia membantuku.
Maafkan aku Irfan, aku hanya mengingatmu disaat aku butuh.
Tapi yang pasti, saat ini aku memang sangat membutuhkanmu.
Saat aku mendengar suara Ibu, aku buru - buru untuk kembali masuk kedalam rumah.
"Kamu sudah mandi?" Tanya Ibu saat melihatku dari belakang rumah, aku hanya menggeleng.
Mau bilang sama Ibu kalau aku nggak bisa memompa airnya, tapi aku malu, terlihat banget kalau aku gadia yang manja.
"Pasti kamu tidak bisa memompa kan?" Tanya Ibu dengan tersenyum, sepertinya Ibu memang tahu dengan apa yang ada dipikiranku.
Aku pun mengangguk pelan.
Akhirnya Ibu mengajakku kembali kebelakang rumah, dan Ibu pun memompa air untukku.
Tapi aku nggak berani mandi ditempat seperti ini, takut ada orang yang suka mengintip.