Tapi Arkan tetap saja nggak bisa diam.
Kalau Arkan diam, aku baru bisa tenang.
Tapi bukannya diam, Arkan malah semakin menjadi.
"Ra, aku minta maaf."
"Ra, tolong buka pintunya."
"Sebentar saja, Ra."
"Amaira."
Arkan malah semakin berisik, kayaknya memang disengaja oleh Arkan agar aku terganggu dengan suara berisiknya.
Mungkin Arkan berpikir kalau aku akan membuka pintunya jika Arkan berisik.
Itu tidak mungkin, Arkan. Itu tidak akan terjadi.
Aku tidak akan membuka pintu kamarku, sampai besok sekalipun.
Lagian aku juga sudah menyetok banyak makanan disini, aku nggak akan kelaparan.
Lebih baik aku tidur sekarang.
Aku menyelimuti seluruh tubuh dan menutupi telingaku dengan bantal, agar tidak mendengar suara Arkan yang sangat berisik diluar.
****
"Arkan, kamu kenapa tidur didepan kamar Amaira?"
Saat aku terbangun dari tidurku, aku mendengar suara Budhe 6ang bertanya pada Arkan.
Jadi dari tadi dia tidur didepan pintu kamarku?