Karena tukang ojek sepertimu nggak akan pernah ada duanya.
Aku jadi ingin ketawa sendiri membayangkanmu menjadi tukang ojek.
Tapi kamu hanya khusus menjadi tukang ojek pribadiku, Arkan.
Sesampainya di rumah, Arkan seperti sedang memikirkan sesuatu.
"Ada yang kelupaan nggak, Ra?" Tanya Arkan setelah turun dari motornya.
"Nggak ada." Jawabku sekenanya.
Aku nggak bilang sama Arkan kalau aku belum membeli motor.
"Ya sudah, kalau gitu aku mau makan dulu habis itu mau tidur." Ucap Arkan sambil melangkahkan kakinya menuju kedalam rumah.
Aku hanya mengangguk menanggapi ucapan Arkan.
Biar dia tahu sendiri besok kalau masih ada yang kurang, yaitu motor.
Aku pun mengikuti Arkan dari belakang, bertujuan untuk ikut makan bareng.
Karena dari tadi aku sudah merasa sangat kelaparan.
Aku berjalan cepat mendahului Arkan untuk makan duluan, jadinya aku juga selesai duluan.
Setelah makan aku masuk kedalam kamar duluan, agar tidak didahului Arkan.