Lebih baik aku jujur saja sama Arkan, itu akan membuat hatiku lebih tenang.
Kulihat Arkan sedang duduk santai dibawah pohon mangga, setelah selesai mengumpulkan semua telur - telur ayam.
Di desa itu kebanyakan para warga pada punya pohon mangga yang tumbuh segar didepan rumah. Enak banget, kalau pengen tinggal ngambil. Apalagi disebelah rumah Budhe, kemarin aku sempat lihat banyak sekali pohon buah - buahan, tapi aku belum sempat tanya kebun buah - buahan itu milik siapa.
Aku ikut duduk santai disebelah Arkan sambil mengumpulkan keberanian untuk bercerita sama Arkan.
"Amaira, kamu kenapa?" Tanya Arkan membuatku heran.
"Memangnya aku kenapa?" aku balik bertanya karena nggak tau maksud dari pertanyaan Arkan.
"Kamu kelihatan sangat tegang, kenapa?" Tanya Arkan sambil memandangku dalam. Arkan memang sangat peka dengan apa yang aku rasakan. Karena saat ini aku memang benar - benar sangat tegang.
"Arkan." Panggilku pelan.