Aku jadi ingin tertawa melihat Irfan memanen mangga.
Saat aku sedang duduk santai dibawah pohon mangga, aku melihat Arkan ke rumah Pak Sun dengan membonceng Ajeng dibelakangnya.
Bagaimana bisa Arkan berboncengan dengan Ajeng?
Apa jangan-jangan mereka tadi habis jalan berdua?
Gara-gara aku bangun jam tujuh, aku jadi nggak tahu berangkatnya mereka.
Arkan, harusnya motor itu khusus hanya untuk memboncengku bukan buat bonceng cewek lain.
Kamu nyebelin banget sih, Arkan.
Apa jangan-jangan Arkan mulai suka sama Ajeng?
Arkan jahat, aku nggak rela mereka saling kenal, apalagi sampai saling menyukai.
Aku menghentakkan kakiku dengan sebal dan berjalan pulang ke rumah kosku.
Aku masuk kedalam kosku dan mengunci pintu dengan rapat.
Saat ini aku nggak mau bertemu dengan siapapun, apalagi dengan Arkan.
Aku benci dengan Arkan.
Perdulinya tadi lewat pesan itu buat apa? Apa hanya sekedar basa-basi?
Tok tok tok
Pintu kosku diketuk oleh seseorang dari luar.