Aku nggak terima Arkan membentakku seperti ini.
Aku malah semakin menjadi, kubanting cangkir kecil bekas teh panas itu ke lantai hingga pecah berkeping-keping.
"Amira." Bentak Arkan lagi, kali ini jauh lebih keras suaranya.
"Kamu berani membentakku?" Tanyaku pelan sambil menunduk.
"Aku membentakmu karena kamu salah, Amaira." Ucap Arkan masih dengan nada tinggi.
"Walaupun aku salah, kamu nggak ada hak buat membentakku. Kamu bukan siapa-siapaku, jadi jangan pernah sekalipun kau membentakku." Kali ini giliran aku yang membentaknya.
"Kenapa kamu buang teh itu dan membanting cangkir itu, Amaira?" Tanya Arkan dengan nada yang sedikit rendah.
"Aku buang, aku minum, atau aku buat mandi sekalipun itu terserah aku. Kenapa kamu jadikan masalah? Aku yakin kamu bisa membeli teh satu kardus, bahkan beserta tokonya pun pasti mampu, tapi kenapa teh satu cangkir aja jadi masalah?" Tanyaku marah.