Kenapa harus ada Zain juga sih.
"Silahkan masuk Zain." Ucapku sambil berlalu duduk kembali disofa depan Arkan.
Zain pun masuk dan duduk disebelah Arkan.
Mereka berdua sudah seperti musuh yang enggan untuk saling menyapa. Aku jadi ingin ketawa sendiri melihat tingkah mereka.
"Ra, nanti kamu pelajari ini ya." Ucap Zain sambil menyerahkan kertas kisi-kisi padaku. Belum juga aku terima Arkan langsung menyerobot.
"Jangan, Ra. Punya Zain susah. Kamu pelajari yang aku kasih aja lebih gampang." Ucap Arkan ikut mengulurkan kertas kisi-kisi yang dia bawa.
"Ya memang harus belajar yang susah-susah biar bisa menjawab pertanyaan yang susah nantinya." Ucap Zain sengit.
"Ya nggak bisa gitu, kasian Amaira kalau langsung dikasih kisi-kisi sulit seperti itu, dia harus belajar yang gampang dulu lah." Ucal Arkan tak kalah sengit.
"Jangan didengerin ucapan Arkan, Ra."
"Ucapan Zain anggap saja angin berlalu, Ra."
"Apa sih lo."
"Lo yang apa. Ikut-ikutan kesini, ganggu orang aja deh."