Apa jangan-jangan Arkan kesurupan? Kenapa Arkan tiba-tiba memelukku dan mengusap-ngusap kepalaku?
"Amaira, aku ini cowok normal. Kamu nggak mau kan terjadi sesuatu diantara kita nantinya." Bisik Arkan ditelingaku.
Reflek kulepaskan pelukanku dan sedikit menjauh dari Arkan yang membuat Arkan tertawa begitu kencang.
"Kamu dibilangin gitu aja takut." Ucapnya yang masih tertawa.
"Ya takut lah, aku memang cinta sama kamu, tapi bukan berarti aku mau diapa-apain sama kamu." Ucapku sinis.
"Iya, iya. Aku tau kok. Lebih baik sekarang kita pulang, sebelum aku khilaf." Ucapnya membuat bulu kudukku seketika berdiri.
Ucapan Arkan benar-benar membuatku merinding.
"Kamu bercanda kan?" Tanyaku takut. Sambil menatap kedua mata Arkan.
Arkan semakin mendekatkan diri kearahku dengan tatapan yang aneh.
"Arkan, kamu mau ngapain?" Aku berjalan mundur.
Arkan semakin mendekat.
"Arkan, stop. Diam disitu."