Pintu perlahan terbuka dan menampilkan sosok wanita sidikit tua. Itu, Nenekku. Namanya Nenek Rita. Nenekku hanya tinggal sendiri disini. Nenek membangun beberapa tempat kost disebelah rumahnya. Sebab itulah Beliau nggak pernah kesepian.
"Mari mari masuk Nak." Nenek mempersilahkan kami masuk kedalam rumah. Setelah itu nenek kedapur. Mungkin ingin membuat jamuan untuk tamunya.
Kulihat Nenek perlahan keluar membawa tiga cangkir berisi teh dan ditaruh diatas meja.
"Diminum dulu Nak. Pasti kalian haus kan." Ucap Nenek.
"Gini Bu, kemarin saya kan sudah telfon Ibu untuk menitipkan Amaira pada Ibu. Kasian dia di kota selalu kesepian, Bu. Jadi kedatangan Arman kesini untuk mengantar Amaira dan temannya." Ucap Papa memulai pembicaraan. "Maaf ya, Bu. Amran selalu merepotkan Ibu sejak kecil sampai sekarang." Lanjut Papa sambil menunduk merasa bersalah.
"Nggakpapa Nak. Ibu malah senang bisa punya teman ngobrol." Ucap Nenek dengan tersenyum.
"Oh ya, Bu. Saya lupa memperkenalkan teman Amaira ini, Dia bernama Dini Bu."
"Saya Dini Nek." Ucap Dini sambil bersalaman dengan Nenek.
"Kalo mereka sering buat ulah hukum aja, Bu. Mereka juga sering dihukum disekolah lamanya karena bandel." Kupelototkan mataku pada Papa. Tapi Papa cuek tanpa merasa bersalah.
"Sudah biasa jika anak seumuran mereka bersikap bandel. Nanti juga cepat atau lambat akan berubah." Ucap Nenek tersenyum sambil tertawa kecil.
Berubah jadi power ranger?
Agak heran sama Dini. Kenapa dari tadi diem terus sih. Kusenggol lengannya.
"Lo kenapa diem aja Din?" Kubisikkan ditelinganya.
"Gue sakit gigi Ra." Jawab Dini dengan pelan.
Ck.. Aku kira dia sedih. Dasar congek memang.
"Permisi." Terdengar suara seseorang dari luar.
"Iya masuk." Jawab Nenek. Serempak semua menoleh kesumber suara. Ternyata yang datang adalah cowok tampan yang tadi kulihat dia disebelah rumah Nenek.
"Eh kamu, Arkan. Sini-sini duduk disebelah Nenek." Ucap Nenek seolah akrab banget dengan nih cowok. "Arkan, kenalin ini anak Nenek namanya Amran, dan yang disebelahnya itu putrinya namanya Amaira, yang satunya lagi namanya Dini, dia teman Amaira." Nenek memperkenalkan.
Arkan menyalami kami satu persatu. Pas giliranku seketika Aku nggak bisa melepaskan uluran tangannya. Lembut gaeesss. Mata ini tak bisa mengalihkan pandangan kemanapun selain memandangnya. Matanya yang kecoklatan, hidungnya yang mancung, bibirnya yang belah tengah, dan lesung pipinya menambah ketampanan yang dia miliki. Sunggu sempurna ciptaanmu Tuhan.
Kami sama-sama memiliki lesung pipi, udah pasti jodoh nih.
"Ganteng." Reflek aku berucap.
Papa segera menyenggol lenganku yang membuat Arkan memutus kontak mata diantara kami. Ihh Papa ganggu aja sih.
"Oh ya, Amran. Arkan ini mengajar disekolah itu loh, sekolah baru Amaira." Ucap Nenek antusias.
"Yang benar Bu?" Tanya Papa seolah tak percaya.
Jelas saja nggak percaya, Aku juga awalnya nggak percaya. Karena kelihatannya Arkan ini seusiaku. Mana bisa jadi guru SMA.
"Benar lah, padahal dia ini masih kuliah, tapi sudah bisa jadi guru. Hebat kan?" Ucap Nenek membanggakan sambil mengelus lembut bahu Arkan seolah sangat bangga dengan Arkan.
Sepertinya Nenek sangat menyukai sosok Arkan, Nenek pasti setuju kalo aku pacaran dengan Arkan. Apalagi sampai menikah. Hihi ngarep dikit bolehlah. Siapa tau beneran jodoh.
"Wah hebat kamu Nak. Saya ikut bangga mendengarnya. Orangtua kamu pasti sangat bangga." Ucap Papa yang membuat Arkan menunduk.
Kenapa dia?
"Arkan ini seorang Yatim Piatu. Sebelum Nenek punya kos-kosan, dia ini tinggal di rumah Nenek. Dia yang menjaga Nenek saat Nenek sakit. Dia yang selalu membantu Nenek. Dia selalu ada buat Nenek. Setelah Nenek punya kos-kosan dia maunya tinggal sendiri dikos-kosan. Katanya takut merepotkan Nenek. Padahal kan nggak merepotkan sama sekali." Jelas Nenek panjang lebar.
Setelah mendengar penjelasan Nenek aku jadi semakin terpanah dengan pria ini.
Oh Tuhan, jodohkanlah aku dan Arkan nanti. Kalau memang nanti Arkan bukan jodohku, maka jodohkan saja sekarang.
"Terimakasih ya Nak Arkan sudah menjaga Ibu saya." Ucap Papa.
"Sama-sama Om. Lagian Nek Rita sudah saya anggap seperti Nenek saya sendiri. Soalnya Beliau sangatlah baik terhadap saya." Ucap Arkan tersenyum manis.
Aduhh senyummu bikin Adek meleleh Bang.
"Oh ya Bu, Amran pamit dulu ya, soalnya nanti ada meeting." Pamit Papa sembari berdiri memeluk Nenek.
"Kamu hati-hati ya." Ucap Nenek sambil mengelus bahu Papa.
"Iya Bu." Kulihat mata Papa menyiratkan kesedihan.
"Sekali-sekali main kesini, bawa istrimu sambil liburan disini." Ucap Nenek mengingatkan.
"Iya Bu. Nanti Amran bakal main kesini kalau liburan. Sambil nengok keadaan Amaira."
"Ck seorang Papa dan Mama mana punya hari libur sih." Lirihku yang mungkin masih bisa didengar semua orang. Karena setelah berucap seperti itu seketika semua orang memandang kearahku. Berasa jadi artis dadakan.
"Papa pamit ya sayang. Jaga diri kamu baik-baik." Ucap Papa sambil memelukku. Kurasakan bahu Papa sedikit berguncang.
Ck drama.
"Iya, Pa. Amaira akan jaga diri baik-baik kok." Ucapku sambil melepas pelukan Papa. Kulihat Papa sedang menyeka sudut matanya dengan punggung tangannya.
Isshhh Aku benci drama perpisahan ini.
Menyebalkan.
"Nak Arkan, Dini, Om pamit ya."
"Iya, Om."
"Hati-hati, Om."
Setelah berpamitan Papa segera melangkahkan kakinya keluar Rumah, masuk kedalam mobil.
Mobil Papa mulai menjauh perlahan. Hingga hilang ditikungan Desa.
Setelah kepergian Papa, Arkan pun pamit untuk kembali ke kos-kosannya.
"Sekarang kalian istirahat dulu ya. Besok kan sudah mulai masuk sekolah. Biar besok Nenek meminta Arkan untuk berangkat bersama kalian. Agar kalian nggak nyasar." Ucap Nenek yang seketika membuat hatiku berbunga-bunga.
Berangkat sekolah bareng Arkan gaess. Si guru tampan. Nggak sabar menunggu hari esok. Nggak sabar pengen lihat dia memakai seragam guru.
Aku segera melangkah menuju kamar yang biasa aku tempati saat main dan menginap dirumah Nenek. Sedangkan Dini dikamar sebelah.
Segera kurebahkan tubuhku dikasur empuk. Hmmm sangat nyaman rasanya.
Kubuka jendela kamarku agar udara segar bisa masuk melalui pintu jendela. Setelah kubuka jendelaku ternyata menampilkan sosok pria yang begitu sangat aku kagumi. Arkan.
Jendela kamarku langsung menghadap tempat kos Arkan. Berarti setiap hari aku bisa memantau Arkan lewat jendela.
Bukan sebuah kebetulan loh ya.. tapi memang jodoh. Garis bawahi JODOH.
Saat kumemandang Arkan yang sedang membaca komik, seketika dia juga memandangku sekilas. Setelah itu dia masuk kedalam kosnya dan menutup pintunya.
Ishhh nyebelin.
Sekarang kamu boleh nyuekin aku, tapi lihat saja nanti, aku akan buat kamu bertekuk lutut dihadapanku.
Eh, susah sih kayaknya, yang dulu aja sampai sekarang masih belum bisa nakhlukin, apalagi yang sekarang. Cowok yang super duper cuek dan dingin, kamu memang tipe cowok yang aku idamkan, Arkan.
Hmmm, gimana caranya aku bisa mengenalmu lebih dekat?