"Astagfirullah hal adzim," lirihnya pelan sembari mengusap wajahnya dengan kedua telapak tangan. Ia tampak termenung sebentar, menatap sekitar kemudian bangkit dan membawa ranselnya untuk segera turun.
Namun setelah turun Ia tak segera mencari kendaraan untuk pulang dan kembali ke rumahnya, Ia malah duduk pada sebuah kursi kayu yang sudah renta di pojokan. Benaknya masih melayang, mengingat apa yang baru saja di mimpikan nya. Mengapa setelah sekian lama Ia malah memimpikan hal menyakitkan semacam itu, apa maksud dari semuanya?
"Ya Allah, apa saya akan mampu menahannya? Gejolak rasa ini memang tak pernah padam atau sirna, saya fikir dengan pergi dan berkelana akan mampu membuat saya melupakan cinta yang penuh luka ini namun ternyata tidak," lirihnya dalam hati, padangan nya lurus menatap keramaian di depan sana namun tetap tak mampu membuat hatinya merasa ramai, jangankan ramai sekalipun hatinya kini malah begitu sunyi sekali meski di tengah keriuhan ini.