Deru mesin mobil terdengar keras di pagi yang dingin itu, Pihu tampak mengucek kedua kelopaknya pelan berusaha menyesuaikan dengan cahaya yang memaksa menerobos masuk pada retinanya. Ia duduk bersandar pada sandaran ranjang besar itu dengan sedikit lemas, rasanya tenaganya semalam terkuras habis karena terlalu banyak menangis.
Sekejap Ia beristighfar dalam lamunannya, bukankah Ia telah kufur nikmat dengan terlalu menangisi apa yang tak seharusnya? Tak henti dalam hatinya Ia senantiasa bertasbih, menyebut asma Allah dengan tulus.
Pihu melirik sebentar pada jam dinding besar yang terpampang pada dinding dengan wallpaper anggun berwarna biru laut yang berpadu dengan beberapa lukisan yang berpadu menjadi sesuatu yang tampak sangat nyaman sekali untuk di nikmati ketika sedang merasa frustasi, semacam rileksasi tersendiri bagi dirinya.
"Astagfirullah, kesiangan lagi. Tertinggal sudah subuh pagi ini," tuturnya dengan wajah sedih sembari memijat pelan pelipisnya yang terasa sakit.