Pagi itu tetes embun menyeruak dari atas dedauan hijau, perlahan menetes membasahi tanah merah yang kian menguap. Di ufuk sana, sang mentari ikut bersinar lemah menyapa awan yang kian tampak gundah dalam mendung sisa semalam dari benih pertarungan petir dan hujan yang bertautan membelah angkasa.
Pihu baru saja terbangun dari tidur nyenyaknya di atas kasur besar nan empuk itu, Ia menguap pelan. Terasa enggan bangun meski hanya untuk sekadar sarapan dan menghangatkan diri di bawah sana dengan segelas teh panas buatan Bi Ina.
Sejenak Ia duduk dan bersandar pada ranjang megah dengan nuansa gold dan cokelat itu, terkesan amat mewah. Menatap sebentar pada kilau jendela yang tampak mulai menyeruak cahaya lemah dari atas sana, dinginnya terlalu menusuk. Di elusnya sebentar tangan atasnya yang terasa dingin oleh terpaan AC yang berpadu dengan cuaca yang amat dingin pagi itu.