Iring-iringan mobil membawa kami kembali pulang ke bandung, beberapa tetanggaku nampak melambaikan tangan sebagai salam perpisahan.
Dikursi belakang, arga memeluk pundakku dan membiarkan kepalaku tenggelam di dada bidangnya yang kekar hingga tidak terasa akupun tertidur dipelukannya.
Apa yang aku khawatirkan selama ini ternyata hanya ketakutanku dari trauma yang mendalam atas apa yang telah terjadi padaku dimalam itu.
Aku bersyukur, ternyata arga bukanlah lelaki seperti dugaanku, aku sempat ketakutan, membayangkan bagaimana sikapnya kepadaku jika aku menikah dengannya, arga yang aku fikir adalah lelaki yang kasar, kaku, dingin dan arogan itu ternyata sekarang sudah berubah, terbalik 90 derajat.
Arga berubah drastis semenjak menikah denganku, menjadi arga yang luwes, santai dan murah senyum. Hati ku lega sekaligus bahagia menemukan kenyataan yang kualami saat ini begitu indah.