"Heuummmm." Dengan nafas yang masih tersenggal, aku menjawabnya dengan deheman pelan.
"Arga.. jam berapa sekarang? Kita belum keluar kamar dari tadi." Ucapku pelan sembari menoleh kearah jam yang menempel didinding itu.
"Ehhhh kamu masih lupa? Jangan panggil aku Arga, panggil aku Papah Arga! Ya? Bisa kan sayang?" Katanya sembari menyentil ujung hidungku dengan gemas.
"Eh i-iya Pa-Papa Arga!" teriakku ditelinganya, biar jelas.
"Hehe.. nah gitu donk kan mesra. Cup!" Kembali Arga tidak henti-hentinya menghadiahi ku sebuah kecupan hangat di kening dan bibirku.
"Kita keluar dulu ya, masa seharian ini kita mau di kamar terus, peruk ku lapar "PAPA ARGA!" Kataku sembari melirik kearah matanya, menekankan intonasiku saat memanggilnya dengan panggilan papa Arga.
"Hehe iya mama fifi sayangku, cintaku. Mau kugendong keluar kamar?" Tanya arga sembari melengkungkan senyuman manisnya kearahku.
"Ihhh gak!" Seru ku cepat, lalu bergegas hendak berdiri dan mengenakan pakaianku.
