Hari terus berlalu, Aku berusaha melanjutkan hidup. Menyibukan diri dengan pekerjaan dan aktifitas lain agar semua tragedi yang sudah menimpaku dapat segera terlupakan, walaupun tetap akan selalu menyisakan perih dan luka dihati. Karena kesucianku sebagai wanita tidak akan pernah bisa utuh kembali.
Dikantor, hampir setiap hari Pak El selalu memanfaatkan waktu makan siang untuk bisa mendekatiku, dan aku menyadarinya. Aku dengan senang hati menyambutnya bukan karena ada sesuatu, atau apapun itu namanya tentang perasaan. Aku hanya tidak ingin sendirian, lalu larut dalam lamunan yang menyesakan dada.
Pagi hari ini, tidak terasa sudah hampir lebih 3 pekan setelah kejadian malam itu, Aku terbangun dengan kepala yang sedikit agak pening, tiba-tiba rasa mual itu seakan mengobrak-abrik isi perut, memaksaku untuk segera mengeluarkannya.