Hari itu, di jam pelajaran yang paling menyeramkan. Jam mata pelajaran Matematika. Suara langkah kaki Pak Kohar terdengar berat di telinga anak-anak, padahal sebenarnya biasa saja. Bahkan Pak Kohar memasuki ruangan sembari memberi salam, berusaha ramah.
Tetapi, tetap saja suasana kelas berubah menjadi tegang, hening dan mencekam. Raut wajah sebagian anak-anak kelas itu berubah menjadi pucat pasi. Keringat dingin membanjiri kening mereka. Terutama barisan bangku paling belakang. Bagi mereka rasanya seperti hidup segan, matipun tidak mau.
Reysha dengan kepercayaan diri yang sudah hampir mencapai puncaknya itu duduk tenang seraya tersenyum simpul. Tidak ada lagi ketegangan dan kepanikan yang biasa menghiasi wajahnya. Hebat bukan?
Tentu. Semua berkat Raka. Tapi sayang, bentuk perhatian yang diberikan Raka kepadanya, tidak secuilpun disadari oleh Reysha.