Beberapa menit kemudian, aku lihat matanya berembun. Suara tangisannya mulai mengecil, dibanding kencang suara tangisannya yang tadi.
Ini adalah hasil jerih payah perjuanganku beberapa menit yang lalu.
Membujuknya agar mau meredakan suara tangisannya itu.
"Ada apa sebenarnya?"
Intonasi aku buat pelan.
"A-aku ti-tidak mau kem-kembali ke-sana!"
Suaranya seperti tersedak, menahan isak tangis yang seharusnya meledak-ledak.
"Mengapa? Siapa lelaki tadi?"
Aku kembali bertanya.
"Orang suruhan papih!"
Kini nadanya berubah kesal.
"Papih? Siapa lagi dia?"
Aku merubah posisi duduk, menyamping hingga berhadapan dengannya.
Memang agak susah, aku duduk dibelakang kemudi, sedang dia duduk disebelah ku, aku harus menekuk satu kaki diatas jok mobil agar tubuhku bisa menghadap kearahnya.
Dia belum menjawab pertanyaanku, kedua telapak tangannya menutupi hampir seluruh wajahnya.
Ia kembali terisak. Tetapi pelan, syukurlah.