Mata mas Hery kini terlihat lebih hidup, tangis haru mewarnai wajahnya yang tampak lelah itu. Sembari menggenggam tangan mbak Chemmy lebih erat, mas Hery berkata dengan sangat lembut.
"Ma, terima kasih banyak, ya ma. Entah apa jadinya nasib papa jika mama tidak sudi membukakan pintu maaf mama buat papa. Tidak sanggup rasanya papa jika sampai kehilangan mama, maafkan papa ya ma."
Ucap mas Hery dengan sangat lirih. Ia merasa bahagia, akhirnya mbak Chemmy bersedia untuk memaafkannya. Mas Hery tidak mampu membayangkan, apa jadinya jika mbak Chemmy benar-benar meninggalkannya.
Semenjak kejadian do hotel itu, mas Hery tidak pernah bisa tidur dengan nyenyak, bahlan mempengaruhi performa kerjanya di kantor.
Mas Hery, setiap hari selalu muring, dan banyak melamun, terkurunh dalam gelap dan gelisah. Seakan hidupnya sudah tidak lagi mempunyai arti.
Kini, harapannya kembali mengembang sempurna. Mas Hery bertekad dalam hati tidak akan pernah lagi tergoda perempuan manapun.