Hal itu yang kini tengah mas Hery sampaikan kepada Tuhan Pencipta Alam Semesta. Berharap Sang Maha Pencipta membukakan pintu hatinya. Serta menganugrahi jiwa yang lapang kepada istrinya itu. Agar istrinya sudi untuk memaafkan dan menerimanya kembali.
Cukup lama mereka terdiam, mas Hery lalu memberanikan diri, kembali bersimpuh di bawah kaki mbak Chemmy, sembari memohon maaf dengan berderai air mata.
"Ma, tolong lah, jangan berdiam diri seperti ini, papa benar-benar menyesal. Papa salah, ampuni papa."
Dengan sepasang mata yang basah, mas Hery kembali memohon ampun, ia sungguh menyesali perbuatannya itu.
Lalu, tiba-tiba mbak Chemmy menatap mas Hery dengan sangat tajam, dan bertanya
"Siapa perempuan itu?"
Walaupun suaranya pelan, tetapi dalam getaran suaranya itu terselip amarah yang terpendam.
"I-itu, sekretaris papa. Namanya Dinda, ma. Maafkan papa. Perempuan itu sudah papa pecat, papa sangat menyesal, maafkan papa."