"Ini! Mbak? Astaga!"
Teriak Beni, ia sama sekali tidak habis pikir, bisa-bisanya mas Hery kepincut sama perempuan norak ini, nampak sekali dari raut wajah perempuan itu, wajah penggoda.
"Iya Ben, benar kata Chacha, setelah dapat bukti yang kuat, gua akan laporin mereka, lalu menggugat cerai mas Hery. Gua tidak sudi lagi menerinya, jijik gua Ben!"
Uap mbak Chemmy, muak dengan pengkhiantan yang telah di lakukan mas Hery kepadanya.
"Hmm, iya mbak, semua keputusan ada di tangan mbak Chemmy, kami hanya bisa berdoa yang terbaik untuk kehidupan mbak Chemmy selanjutnya. Mbak Chemmy yang tegar ya, mbak. Jangan khawatirx kami semua selalu akan ada buat mbak Chemmy."
Ucap Beni, dengan senyumnya yang tulus.
"Makasih ya kalian semua, entah apa yang terjadi jika tidak ada kalian, tidak ada tempat untuk berkeluh kesah, mencurahkan segala sakit di hati."
Ucap mbak Chemmy pelan, tidak terasa nampak setetes air mata menetes di pelupuk matanya.
"Ada Allah yang Maha Mendengar mbak."