Setelah beberapa saat, ia di kamar mandi, lalu masuklah seorang wanita paruh baya yang terlihat baik hati, ia menolong Saras mandi dan menuntun Saras ke tempat tidur.
"Ibu siapa?" tanya Saras lirih.
"Saya pengurus rumah ini, Non."
"Nama Ibu siapa?"
"Non, jangan panggil aku Ibu, tapi panggil saja Mbok Tarni."
"Mbok Tarni terima kasih ya!"
"Iya sama-sama, ini sudah tugas saya Non."
"Sepreinya sudah Mbok ganti."
"Iya Non, saat Non di kamar mandi, Mbok ganti sprei yang kotor dengan yang baru."
"Mbok, badanku sakit semua dan bisakah Mbok bantu aku?"
"Bantu apa Non?"
Saras melihat sekali lagi ke mata Mbok Tarni yang terlihat baik hati, Saras ingin minta tolong belikan pil KB agar dirinya tidak hamil dengan Broto.
"Mbok, belikan aku obat agar aku tidak hamil," bisik Saras.
Mbok Tarni tersenyum dan mengambil buntalan kecil dari balik pinggangnya, wanita yang penampilannya seperti wanita jawa kuno yang memakai kain jarik dan baju kebaya itu, memberikan Saras sebuah pil yang langsung di masukkan ke dalam mulut Saras.
"Non, telan ini cepat! Non, aku juga tak sudi Non mengandung anak Broto yang kejam itu. Non wanita baik-baik, jadi aku tidak rela Non diperlukan seperti ini."
Saras segera menelan pil itu dengan ludahnya, walau tak lama kemudian Mbok Tarni menyodorkan air minum.
"Minum ini, Non."
"Terima kasih, Mbok."
"Istirahat saja, bila Non perlu sesuatu, tinggal teriak saja, di depan pintu kamar ada penjaga Tuan Broto."
"Di luar ada penjaga?"
"Iya Non."
"Jadi aku tak bisa pergi sesuka hati?"
"Tidak bisa Non, kalau mau pergi harus izin Tuan Broto dulu," jawab Mbok Tarni.
Saras terdiam, ia sekarang baru merasa bila dirinya sudah menjadi tawanan Juragan Broto. Air mata Saras menetes, setelah beberapa saat ia terhibur dengan berbicara dengan Mbok Tarni.
"Ya Allah, apa yang sebenarnya terjadi padaku? Akankah aku bisa lepas dari sini?"
"Mbok doakan Non Saras segera bisa lepas dari cengkeraman Tuan Broto."
"Aamiin. Terima kasih Mbok."
"Istirahat saja Non, pulihkan stamina Non Saras dulu, jangan pikirkan yang lain, kalau Non Saras kuat, maka semua cobaan ini akan berlalu cepat."
Saras langsung memeluk tubuh Mbok Tarni, kerinduan pada almarhum ibunya ia tumpahkan dengan memeluk wanita yang baik hati itu.
***
Tiga hari kemudian...
Adik-adiknya bahagia melihat Saras yang datang ke rumah, tapi hati Saras jadi sedih saat melihat keadaan neneknya yang semakin kritis tapi tak mau di bawa ke puskesmas ataupun ke rumah sakit.
"Mbah, kita ke rumah sakit ya?"
Neneknya menggelengkan kepalanya, mulutnya sekarang jarang mengeluarkan suara, hanya suara gumaman yang tak jelas terdengar dari mulut neneknya yang telah renta.
"Nenek bicara apa?"
Neneknya memandang Saras dengan penuh kasih sayang, ia juga memegang tangan Saras, sesaat kemudian terdengar suara ngorok dari mulut neneknya dan setelah itu neneknya memejamkan matanya.
Saras merasa ada yang aneh dengan neneknya, ia segera memanggil kerabatnya yang sedang duduk di luar.
"Pakde, Mbak gak bernafas lagi," ucap Saras dengan suara bergetar.
"Innalilahi wa inna ilaihi rojiun," jawab Pakde Jarwo.
Setelah melihat dan memastikan kalau neneknya Saras meninggal dunia, keluarga segera mengabari sanak saudara yang lain dan menyiapkan pemakaman di saat siang itu juga.
Karena dalam keadaan berduka, Juragan Broto mengizinkan Saras bermalam di rumah orang tuanya, sedangkan dirinya bermalam di rumah wanita simpanannya yang lain. Istri siri Juragan Broto tak terhitung banyaknya, karena setiap keluarga miskin yang tak bisa membayar hutang dan punya anak gadis, maka anak gadisnya akan dijadikan jaminan bayar hutang mereka dan dijadikan istri siri Juragan Broto.
"Persetan dia mau tidur di mana, dia mati sekalipun aku tak akan perduli," gumam Saras sambil bersandar di dinding rumahnya.
"Mbak, apa yang sebenarnya terjadi pada Mbak kalau di rumah Broto?" tanya Bayu.
"Jangan bicara tentang bandot tua itu, aku lagi tak mau dengar tentang dia.'
Para sanak saudara yang mendengar suara Saras yang ketus itu, mereka maklum dan memahami perasaan Saras, bahkan mereka merasa iba dengan keadaan Saras.
"Saras, andai saja Pakde punya kuasa Pakde akan hilangkan Broto dari muka bumi ini," ucap Pakde Jarwo.
"Aamiin," jawab Saras.
Dirinya lebih senang Broto jauh darinya, bahkan kalau bisa lenyap dari bumi ini, ia tak sudi bersama Broto walau sedetikpun, tapi karena dipaksa dan diancam, maka Saras tak bisa menolaknya.
"Orang jahat seperti itu harusnya dikasihkan ke harimau yang lapar," sahut Bulek Nuning.
Mereka tersenyum mendengar ucapan Bulek Nuning, bahkan Saras berani bicara blak-blakan tentang Juragan Broto yang dia benci itu.
"Bila ada buaya lapar, dia itu sebaiknya di lemparkan ke sarang buaya itu, jadi buaya makan buaya. Pasti seru juga tuh," ucap Saras sambil tersenyum.
"Saras, kamu jahat sekali, hehehe!"
"Habisnya aku muak sama dia, Bulek!"
Bulek Nuning menghela nafas berat, ia seakan bisa merasakan beratnya hidup yang dilalui oleh Saras.
"Ketiwasan Non!" teriak Jatmiko pengawal Juragan Broto yang datang tanpa permisi.
Suasana menjadi hening sejenak dengan datangnya dua pengawal Juragan Broto. Mereka semua heran, kenapa malam-malam begini pengawal itu datang dengan wajah yang pucat sekali.
"Non Saras sebaiknya cepat pulang!" ucap salah satu pengawal.
"Ada apa, bukankah Tuan kamu sudah izinkan aku nginap di sini?"
"Bu-bukan karena itu, Non!" ucapnya terbata-bata.
"Lalu ada apa?"
"Itu Non, Juragan Broto meningal dunia."
"Hah! Kamu serius?" tanya Saras tak percaya mendengar kabar itu.
"Juragan Broto meninggal karena serangan jantung di rumah simpanannya, kata wanita simpanannya itu Juragan Broto kejang-kejang setelah bercinta dengannya."
Mendengar ucapan pengawal itu, hampir saja ia tertawa lebar, tapi segera ia menutup mulutnya dengan kedua tangannya. 'Syukurin, itu akibat orang yang suka main perempuan, jadi matinya setelah bercinta,' batin Saras.
"Innalilahi wa inna illaihi rojiun." Suara orang-orang yang ada di sana.
"Non Saras harus pulang ke rumah, seluruh istri Juragan Broto di panggil ke rumah," terang Jatmiko.
Saras bangkit dari duduknya dan menatap ke arah adiknya satu per satu, "Kalian di rumah saja, Mbak akan ke rumah Juragan Broto, besok pagi, Mbak akan pulang."
"Iya Mbak," jawab mereka hampir bersamaan.
"Jangan pikirkan mereka, kamu pergi saja, biar Bude kamu yang urus mereka," ucap Pakde Jarwo, "Saras, Pakde ikut sama kamu," lanjutnya.
"Monggo Pakde," jawab Saras.
Sepanjang perjalanan naik mobil jemputan yang di kemudikan oleh pengawal Juragan Broto, hati Saras sangat bahagia, ia tak menyangka bila secepat itu dirinya menjadi janda. Rasa bahagia bercampur dengan rasa sedih saat mengingat bila di hari yang sama itu juga neneknya juga meninggal dunia. Neneknya meninggal siang hari dan Juragan Broto meningal malam hari.
'Ya Allah, apa ini sudah takdirku menjadi janda di usia muda? Tapi aku sangat bersyukur bisa lepas dari cengkeraman Juragan Broto. Alhamdulillah, ya Allah, tapi bagaimana nasibku setelah menjadi janda? Apa aku bisa melewati semua ini?' batin Saras.
Bersambung...