Takumi merasakan sensasi dingin saat merasakan ada yang menempelkan kaleng minuman ke pipinya.
"Minumlah dulu!"
"Minami-san!"
Itsuki Minami duduk di samping Takumi. Ia membuka kaleng soft drink dan meminumnya.
"Sejak awal inilah yang kukhawatirkan, Akazawa."
Takumi terdiam. Ia menunggu Itsuki untuk melanjutkan kalimatnya.
"Aku mendekatinya agar kau tak terlibat lebih jauh dengannya, tapi kau malah menuduhku menginginkannya. Kita tak pernah tau apa tujuan Sakurako sebenarnya."
"A-apa maksudmu, Minami?"
"Sakurako itu sebenarnya berbeda denganmu. Kau tak seharusnya memiliki perasaan terhadapnya," ucap Itsuki santai.
Takumi sama sekali tak mengerti apa maksud Itsuki. Beda apanya? Kalau yang dimaksud kelamin, tentu saja berbeda. Takumi laki-laki, sedangkan Sakurako adalah perempuan, 'kan?
"Mulai sekarang, anggap kau tak pernah mengenal yang namanya Sakurako lagi, Akazawa! Itu akan jauh lebih baik untuk kalian."
Itsuki beranjak pergi, meninggalkan Takumi yang masih tercenung memikirkan ucapan teman sekelasnya yang aneh itu.
***
Lembah Shibou merupakan suatu tempat di Dunia Lain, tempat hidupnya para kitsune. Para kitsune ini berada dalam kekuasaan Kerajaan Hyuugahito. Kerajaan ini dipimpin oleh raja yang cakap, pandai, adil dan bijaksana bernama Raja Hayashi. Namun, saat peperangan dengan siluman kerbau beberapa minggu lalu, Raja Hayashi tewas. Ia meninggalkan satu putri dan satu keponakannya.
Ketika peperangan usai yang tersisa hanyalah Pangeran Saburo, keponakan Raja Hayashi. Putri Sakurako dan Panglima Toneri dinyatakan meninggal dalam peperangan. Seluruh Ras Hyugatsuki berduka akan hal itu.
Keadaan kerajaan kacau. Banyak pemberontakan di mana-mana untuk menggulingkan Raja Saburo sebagai Raja sementara. Kemiliteran yang dimiliki Kerajaan Hyuugahito juga melemah setelah ditinggal pemimpin mereka.
Namun, beberapa hari lalu entah bagaimana ceritanya Putri Sakurako telah kembali. Kembali bersama Panglima pemimpin ketentaraan Ootsuga. Ketentaraan Ootsuga merupakan pasukan pilihan yang dimiliki oleh Kerajaan Hyuugahito.
Kini seolah semangat para tentara kembali berkobar. Mereka sudah siap menerima perintah dari panglima mereka, Toneri.
Sakurako berada di ruang pertemuan bersama Raja Saburo dan Toneri.
"Besok penobatanmu sebagai Ratu akan dilaksanakan, Adikku," ucap Saburo lembut.
Sakurako terdiam. Sedari tadi ia menahan-nahan amarahnya.
"Hentikan, Nii-san! Bagaimana bisa kau membicarakan penobatanku saat kerajaan kita kacau?" ucap Sakurako, lantang.
*Onii-san = kakak laki-laki
Saburo tak membantah. Ia lebih memilih menghindari tatapan adiknya itu.
"Aku yang sangat pengecut ini malah memilih bersembunyi di Alam Fana, meninggalkanmu dengan segala kekacauan ini."
"Bukan salahmu, Adikku," sela Saburo.
Di tengah perdebatan itu, terdengar bunyi nyaring sangkakala. Jika sangkakala itu dibunyikan, itu tandanya kerajaan ini telah diserang.
Saburo, Sakurako dan Toneri bersiap siaga.
***
Kelakuan Takumi semakin hari semakin aneh. Semua orang yang ia jumpai terlihat seperti Sakurako. Bahkan kakaknya pun kerap kali ia panggil 'Rako-chan'. Rasanya ia malas melakukan apapun. Malas makan, malas belajar, malas beraktifitas.
Hanya nonton drama saja yang Takumi tak malas. Soalnya, ia harus menamatkan drama itu untuk suatu saat diceritakan kepada Sakurako ending-nya.
Itsuki kesal melihat Takumi yang kerjaannya hanya tiduran saja di bangku sambil menatap ke jendela. Mungkin juga Takumi berharap Sakurako muncul tiba-tiba di jendela.
"Oi, kau tak apa-apa, Akazawa?"
"Aku 'apa-apa', Minami," jawab Takumi Akazawa, malas. "Bagaimana aku bisa tak apa-apa saat yang jadi penyemangatku entah berada di mana sekarang."
"Huufftt." Itsuki menghela napas panjang. Rasanya tak tega juga melihat Takumi terus seperti itu. Namun, jika ia menceritakan semuanya itu, malah menjadi merepotkan baginya.