"Kau ingin bertemu Sakurako atau tidak, hah? Jika ingin bertemu, turuti saja apa kataku, Akazawa!!" bentak Itsuki, yang langsung membuat Takumi diam.
Meskipun ada banyak pertanyaan di benak Takumi Akazawa, tapi Takumi memilih diam. Bagi Takumi, bertemu dengan Sakurako adalah yang hal paling penting untuk saat ini.
"Tetap berada di sampingku, Akazawa! Jangan membuat ulah! Tetaplah waspada agar kau tidak kerasukan!!" Takumi mencoba memperingatkan kawannya.
Setelah mengucapkan perintah yang sama sekali tidak Takumi mengerti, Itsuki lantas meletakkan telapak tangan kirinya ke tembok gedung sekolahan.
Sedangkan, tangan kanan terangkat di depan muka. Jari telunjuk dan tengahnya menyentuh ke arah pelipisnya Itsuki.
Itsuki terlihat tertunduk sejenak sambil memejamkan mata. Takumi masih menunggu di belakang Itsuki, tidak mengerti apa yang sedang dilakukan kawannya itu.
"Calon Dewa Iblis Pelindung, Itsuki Minami, meminta portal menuju Alam Tersembunyi!" ucap Itsuki.
Angin tiba-tiba berembus kencang di sekitar mereka, diikuti oleh kabut tipis yang muncul di sekitar tembok. Seketika itu juga tembok yang di sentuh Itsuki berubah menjadi pintu dengan dua daun. Terdapat ukiran rubah berekor sembilan di setiap daun. Itu adalah Rubah Inari.
"Ayo masuklah, Akazawa!" perintah Itsuki pada bungsu keluarga Akazawa itu.
Itsuki memasuki pintu yang muncul tiba-tiba di tembok sekolah mereka. Itsuki sudah mengayunkan langkah beberapa kali, tapi ia menyadari bahwa Takumi Akazawa tidak mengikutinya.
Itsuki berbalik hanya untuk mengatakan, "Apa yang kau tunggu, Akazawa!! Cepatlah masuk!!"
Takumi tersentak. Meski ada belasan pertanyaan di kepalanya untuk Itsuki, tapi Takumi memilih diam. Takumi benar-benar ingin bertemu dengan Sakurako saat ini. Jadi, ia akan menahan diri untuk tidak menanyakan apa pun pada Itsuki, teman sekelasnya yang saat ini tidak terlihat seperti Itsuki yang biasanya.
Dalam pandangan Takumi, Itsuki seperti menyimpan banyak rahasia.
"Jangan terus melamun, Akazawa!! Cepatlah!!" bentak Itsuki kembali, yang membawa Takumi langsung sadar dari lamunannya.
Setelahnya, Takumi berlari untuk menyusul kawannya. Mereka berdua memasuki pintu misterius, yang diciptakan oleh Itsuki tadi.
Ketika mereka berdua masuk, pintu dua daun tadi kini menutup kembali secara misterius juga. Detik berikutnya, pintu dua daun itu menghilang dan meninggalkan asap keunguan tipis. Kini tempat itu berubah kembali menjadi tembok biasa yang bercat warna hijau.
***
Tubuh Takumi kini bergetar hebat. Belum pernah ia melewati terowongan yang segelap ini. Dan lagi, terowongan ini sangat panjang. Demi bertemu Sakurako lagi, Takumi membunuh segala rasa takutnya.
"Seminggu yang lalu, aku mengantar Sakurako dan pengawalnya pulang melewati tempat ini." Itsuki kembali berucap.
"APA?" kejut Takumi. Ia tadi mengira ucapan Itsuki tentang mengantar Sakurako sebagai candaan. Takumi tidak pernah menyangka jika Itsuki benar-benar membodohinya. Kalau Itsuki tahu ke mana Sakurako pergi, lalu kenapa Itsuki sok-sokkan membantu Takumi mencari Sakurako beberapa hari ini? batin Takumi, kesal.
Takumi menunjukkan tatapan tidak bersahabatnya pada Itsuki, yang berjalan di depannya, itu.
"Jangan marah, Akazawa! Aku tidak berniat untuk membodohimu."
"Lalu, apa maksudmu dengan bersikap sok tidak tahu jika Sakurako sudah pulang dan kau malah ikut mencari Sakurako, eum?!" desis Takumi, masih terlihat kesal.
"Aku hanya ingin agar kau tidak terlibat terlalu jauh dengan mereka, Akazawa! Seharusnya, kau hidup saja dengan tenang seperti biasanya. Jangan terlalu mempedulikan mereka."
"Mana mungkin aku tidak mempedulikan Sakurako, Minami?! Jangan bercanda!! Ucapanmu benar-benar aneh sejak tadi!!" bentak Takumi. Ia sangat marah hingga membuat kepalanya pusing dan perutnya mual.